Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Ketergantungan pada AI sebagai Ancaman bagi Kemandirian Belajar Siswa

Rabu, 03 Desember 2025 | Desember 03, 2025 WIB Last Updated 2025-12-03T09:00:18Z
maria_sempryanti-padjo
Foto Penulis : Maria Sempryanti Padjo (Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS, Universitas Nusa Cendana)

MATALINENEWS.ID-
Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin meluas dalam dunia pendidikan. Kehadirannya menawarkan proses belajar yang lebih mudah, cepat, dan efisien. Beragam aplikasi berbasis AI kini mampu membantu siswa memahami materi pelajaran, mencari referensi, hingga menyelesaikan tugas dalam waktu singkat. Meskipun membawa banyak keuntungan, perkembangan ini juga menghadirkan tantangan baru. Salah satu isu yang mendapat perhatian adalah meningkatnya ketergantungan siswa terhadap AI. Ketika penggunaan teknologi dilakukan tanpa batas dan tanpa pendampingan yang tepat, AI yang semestinya berperan sebagai alat bantu justru berpotensi melemahkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri.

Saat ini, pemanfaatan AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas akademik siswa. Banyak di antara mereka yang tidak lagi memulai tugas dengan proses berpikir mandiri, tetapi langsung menggunakan platform AI untuk memperoleh jawaban instan. Kebiasaan ini muncul karena AI mampu memberikan hasil yang cepat, rapi, dan terstruktur tanpa membutuhkan upaya besar dari penggunanya. Dalam beberapa konteks, AI memang bermanfaat sebagai alat bantu pemahaman awal. Namun, kenyamanan yang ditawarkan sering kali membuat siswa enggan untuk menggali informasi secara mandiri dan berpotensi menciptakan ketergantungan.

Pola belajar berbasis solusi instan tersebut lambat laun mengikis kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara mandiri. Mereka terbiasa menerima jawaban siap pakai tanpa memahami langkah-langkah penalarannya. Akibatnya, kemampuan akademik siswa menjadi lebih dipengaruhi oleh teknologi daripada oleh pemikiran dan kreativitas mereka sendiri.

Salah satu dampak paling signifikan dari ketergantungan terhadap AI adalah menurunnya kemampuan berpikir kritis. Ketika setiap persoalan langsung diserahkan kepada teknologi, siswa kehilangan kesempatan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mengembangkan argumen secara mandiri. Padahal, kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan esensial yang hanya dapat dibentuk melalui proses refleksi, latihan berulang, dan keterlibatan aktif dengan materi pembelajaran. Lebih jauh, AI tidak selalu memberikan jawaban yang akurat atau sesuai konteks. Tanpa kebiasaan memverifikasi informasi, siswa berisiko menerima data yang keliru dan gagal mengembangkan perspektif independen.

Ketergantungan pada AI juga berdampak langsung terhadap kemandirian belajar. Banyak siswa merasa tidak mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan teknologi, padahal kemandirian merupakan unsur penting dalam pembentukan karakter akademik. Tanpa kemampuan mengatur strategi belajar dan menghadapi kesulitan secara mandiri, siswa cenderung kurang percaya diri dan kesulitan beradaptasi dengan situasi yang menuntut pemecahan masalah. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menghambat kesiapan mereka memasuki dunia kerja yang membutuhkan kreativitas, tanggung jawab, serta kemampuan berpikir analitis.

Untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, penguatan literasi digital perlu menjadi prioritas. Siswa harus dibekali pemahaman bahwa AI adalah alat bantu, bukan sumber kebenaran mutlak. Guru dapat memberikan contoh penggunaan AI yang etis dan proporsional, sekaligus mendorong siswa untuk tetap melakukan analisis dan refleksi pribadi. Tugas-tugas pembelajaran juga dapat dirancang agar tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengandalkan AI, seperti tugas reflektif, wawancara lapangan, studi kasus, atau proyek berbasis pengalaman nyata.

Selain itu, sekolah perlu merumuskan kebijakan yang jelas mengenai penggunaan AI, termasuk batasan, mekanisme pengawasan, serta konsekuensi atas penyalahgunaan teknologi. Dengan upaya yang terarah dan kolaboratif, ketergantungan berlebihan terhadap AI dapat diminimalisir, sehingga kemampuan dasar siswa—termasuk kemandirian, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis—tetap terjaga dan berkembang.

Penulis : Maria Sempryanti Padjo (Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS, Universitas Nusa Cendana)