Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Membangun Pendidikan Berbasis Cinta

Senin, 15 September 2025 | September 15, 2025 WIB Last Updated 2025-09-16T00:33:16Z

masud_umar_atanggae_opinj.png
Penulis: Masud Umar Atanggae, S.Pd, M.Pd (Pemerhati Pendidikan NTT & Direktur Halal Center ASWAJA NU NTT)

Kupang. NTT-
Pendidikan bukan sekadar kebutuhan mendasar manusia untuk bertahan hidup, melainkan jalan menuju martabat dan kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk membantu peserta didik mengembangkan kekuatan spiritual, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Artinya, pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter agar peserta didik mampu bersaing di era global sekaligus tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsa. Di sinilah sekolah dan guru memegang peranan penting sebagai pengembang potensi sekaligus penjaga komitmen kebangsaan.


Namun, interaksi pendidikan akan bermakna hanya jika dibangun di atas fondasi cinta. Guru tidak cukup hanya mengajarkan ilmu, sikap, dan keterampilan. Ia juga harus menanamkan nilai cinta dalam setiap proses belajar. Menurut Samino dan Saring Marsudi (2013), pembelajaran yang berlandaskan cinta mampu mengarahkan aktivitas pendidik untuk benar-benar meningkatkan potensi siswa secara komprehensif.


Cinta dalam pendidikan bukan sekadar romantisme. Ia adalah energi spiritual dan emosional yang melahirkan kelembutan, kasih sayang, serta dorongan tulus untuk berjuang. Dalam perspektif agama, cinta identik dengan kemurnian dan ketulusan; dalam psikologi, cinta mencerminkan kepribadian yang bersih, penuh empati, dan peduli. Karena itu, pendidikan berbasis cinta diyakini mampu menumbuhkan toleransi, persaudaraan, dan rasa kemanusiaan yang tinggi di tengah keberagaman.


Lebih jauh, cinta harus menjadi perekat dalam membangun sumber daya manusia unggul. Seperti ditegaskan Kingdom E. Oriji (2013), pendidikan adalah investasi besar bagi produktivitas dan pertumbuhan bangsa. Artinya, keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung pada kualitas manusia yang tidak hanya cerdas akademik, tetapi juga matang secara spiritual, moderat, dan toleran.


Dalam praktiknya, guru adalah kurikulum yang hidup. Setiap sikap, perkataan, dan tindakannya adalah teladan nyata bagi siswa. Karena itu, cinta harus terpancar dari perilaku guru, lingkungan sekolah, hingga interaksi sosial sehari-hari. Pendidikan yang berlandaskan cinta akan membentuk generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter, berempati, dan memiliki rasa cinta tanah air.


Apalagi di era sekarang, kejayaan bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekayaan alam atau jumlah penduduk, melainkan kualitas sumber daya manusianya. Tanpa cinta, nilai kebangsaan tidak mungkin tertanam kuat di sanubari generasi muda.


Karena itu, membangun pendidikan berbasis cinta adalah ikhtiar mendesak agar generasi emas Indonesia 2045 benar-benar lahir sebagai generasi yang unggul, berdaya saing, dan berkepribadian luhur. Semoga gagasan ini bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan kita.


Ayo bangun pendidikan Indonesia dengan cinta.


Penulis: Masud Umar Atanggae, S.Pd, M.Pd (Pemerhati Pendidikan NTT & Direktur Halal Center ASWAJA NU NTT)