Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Ketua Pemuda Muhammadiyah Alor: Prada Lucky Tak Boleh Jadi Korban Kedua dari Sistem Hukum yang Mandul!

Rabu, 29 Oktober 2025 | Oktober 29, 2025 WIB Last Updated 2025-10-29T03:56:29Z

haris_kay_ketua_pemuda_muhammadiyah
Foto: Haris Kay Ketua Pemuda Muhammadiyah Alor (dok.29/10)

Kupang, 29 Oktober 2025 — Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Alor, Haris Kay, akhirnya angkat bicara mengenai perkembangan kasus pembunuhan Prada Lucky, prajurit TNI yang tewas secara tragis dan kini tengah menjalani proses persidangan di Pengadilan Militer NTT.

Dalam keterangannya, Haris menegaskan pentingnya penegakan hukum yang adil, transparan, dan bebas dari tekanan, baik politik maupun institusional. Ia menyerukan agar majelis hakim menjatuhkan putusan yang benar-benar berpihak pada kebenaran dan nilai kemanusiaan.


“Kami berharap majelis hakim memutuskan perkara ini dengan penuh keadilan. Tidak ada yang boleh berada di atas hukum. Semua pihak wajib menghormati proses hukum yang sedang berjalan,” tegas Haris Kay di Kupang, Selasa (29/10).


Haris juga menyampaikan duka dan empati mendalam kepada keluarga almarhum Prada Lucky, seraya memahami rasa kehilangan dan ketidakpastian yang mereka hadapi selama proses hukum berlangsung. Namun, ia mengingatkan bahwa keadilan substantif hanya akan terwujud jika semua pihak bersabar dan tetap mempercayakan prosesnya kepada lembaga peradilan.


“Kami tahu ini bukan hal yang mudah. Namun kami mengajak keluarga almarhum untuk tetap tabah dan mempercayakan proses hukum kepada majelis hakim. Keadilan sejati memang membutuhkan waktu, tapi ia tidak akan hilang arah,” ujarnya.


Lebih jauh, Haris menyoroti bahwa kasus Prada Lucky menjadi cermin penting bagi wajah hukum dan moral bangsa, khususnya di NTT. Ia menilai, publik kini menuntut bukan hanya putusan hukum, tetapi juga transparansi dan konsistensi moral aparat penegak hukum.


“Kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan di Indonesia, terutama di daerah. Kita ingin melihat hukum yang benar-benar tegak — tidak tajam ke bawah, tumpul ke atas. Karena ukuran kemajuan bangsa bukan hanya ekonomi, tapi juga integritas keadilannya,” tegasnya.


Dalam perspektif kritis, Haris menilai bahwa masyarakat kini semakin sadar dan menuntut ruang partisipasi dalam mengawal keadilan. Ia mengingatkan bahwa keadilan tidak akan hadir hanya dengan retorika, tapi melalui keberanian moral dan akuntabilitas sistem hukum itu sendiri.


“Keadilan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang untuk memastikan hukum bekerja bagi manusia, bukan sebaliknya,” ujarnya menambahkan.


Di akhir pernyataannya, Haris mengajak generasi muda untuk mengambil pelajaran moral dari kasus ini. Ia menegaskan bahwa pemuda harus tampil sebagai pelopor keadilan dan kemanusiaan, bukan sekadar pengamat.


“Pemuda hari ini harus menjadi pelopor keadilan dan kemanusiaan. Mari kita jaga NTT sebagai tanah yang damai, beradab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum,” tutup Haris Kay.