Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

DESA PUOR DAN WARNA WARNI KEHIDUPAN

Jumat, 30 Mei 2025 | Mei 30, 2025 WIB Last Updated 2025-05-30T02:13:48Z

thomas-krispianus-swalar
Penulis: Thomas Krispianus Swalar 

MatalineNews
- Desa Puor  Kecamatan Wulandoni Kabupaten Lembata  Provinsi Nusa Tenggara Timur yang  sekarang telah di memarkan menjadi dua desa yakni Desa Puor A dan Desa Puor B, memiliki jejak sejarah yang dapat ditelusuri dari awal mula yakni Pelarian dari Lapan Batan, mereka lari ke  Tuakwutun terus  ke  Gelorakan (Sekarang Lewoleba)  terus ke Kapesor ke Bakan terus ke Fatotika sesampainya di tempat ini ada sebagian yang berjalan ke arah lereng gunung Labalekan di sebelah atas Desa Atawai dan terus ke Ora Wutu sebagian lagi mendaki lewat Kumas menuju Liforlerek (tempat yang rata sebelum kita mendaki ke puncak gunung Labalekan), mereka hidup sementara di situ, setelah dirasa kurang aman mereka lanjutkan perjalanan,menurun lewat Fatgolok ke Rian Sedanefat dan terus ke Faiua (Daerah antara Imulolong dan Puor) setelah sampai di tempat ini mereka menetap sementara.

Di situ mereka menetap, tetapi mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air. Dalam keseharian mereka, mereka mencari pisang hutan (Bake) untuk di minum. Ada seekor anjing yang selalu pulang dalam keadaan basah. Mereka selalu memperhatikan anjing ini, dan mulai berpikir, pasti di sekitar daerah ini ada air.


Maka suatu hari mereka menganyam sebuah wadah dari daun kopi,mengisi abu dapur di dalam wadah ini, di bagian bawah ada semacam lubang yang dibiarkan agar abu dapur tersebut dapat keluar dengan maksud jejak anjing tersebut dapat diikuti. Keesokan harinya mereka mengikat Wadah tersebut di leher anjing tersebut dan secara diam diam terus mengikuti gerak gerik anjing tersebut. Dan memang benar seperti dugaan mereka bahwa di sekitar tempat mereka tinggal pasti ada air, secara diam diam mereka mengikuti anjing tersebut ke arah air sesuai petunjuk abu dapur yang sudah mereka ikat di leher anjing.


Sesampainya mereka di sumber air, mereka begitu gembira dan mata air tersebut di beri nama FAI UA.


Kehidupan mereka di tempat tersebut belum menjanjikan. Suatu hari pada saat Nene Bean mengiris tuak,ia melihat ke arah Puor ( Kapuk hutan) dalam hati ia berkata mungkin di sana daerahnya lebih bagus untuk di jadikan tempat bermukim.


Maka Nene Bean, mengumpulkan semua orang untuk menyampaikan maksud tersebut. Mereka sepakat untuk bersama sama ke arah yang di maksud.

    

Mereka berjalan menuju ke arah Puor (Kapuk hutan) tersebut.     Sesampainya di situ mereka membuat Snugur (Snugur istilah Puor yang berarti tempat di kerajaannya selembar daun kelapa di sebuah pohon untuk dijadikan tempat berlindung) Snugur ini masih dapat ditemukan di Puo Lengket (Pohon ini masih kokoh berdiri) di bawah pohon ini merupakan rumah adat suku Lamak.


Tempat inilah yang merupakan titik start berdirinya desa Puor (Puor dalam bahasa daerah setempat adalah pohon Kapuk hutan).


Sesampainya di tempat ini,di situ sudah ada penduduk yang menempati daerah Puor, mereka ini adalah Orang Wuakerong  (Sekarang berdiam di Wuakerong) dan Lewolako (yang sekarang berada di Belang) sisa peninggalan mereka bisa di dapatkan di tempat yang bernama Lef Alangb(bekas kampung) 


Penduduk Puor ini berjuang untuk merebut daerah ini, peperangan terjadi antara Penduduk Puor dan orang Wuakerong dan Lewolako.


Penduduk Puor mendatangkan bantuan Pemimpin perang dari  Tapi aku.


Akibat terdesak terus oleh serangan serangan orang Puor,orang Wuakerong dan Lewolako meninggalkan Puor,maka daerah Puor seutuhnya di kuasai oleh orang Puor.


Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakat yang bisa memberikan keterangan awal mula hadirnya desa Puor, di yakini bahwa masyarakat desa Puor yang dulu dan sekarang sedang menghuni desa Puor adalah masyarakat yang datang dari Serang Goran dan juga dengan adanya tenggelamnya Lapan Batan.


Pada jaman dahulu, desa Puor tidak seperti sekarang ini, masyarakat jaman dahulu hidup di oring- oring dan bukan rumah tetapi pindok- pondok sesuai dengan tempat kerja mereka masing-masing.


Jarak antara satu oring dengan oring lainnya lumayan jauh.


Nama nama oring tersebut adalah: Onga, Riang,Baka,Pelan dan Kalabaser.


Selain itu ada sebagian masyarakat yang hidup dan menetap di Puo Lengket (yang menjadi Cikal Bakal Lahirnya Desa Puor, Labasel.


Jika ditelusuri dalam kehidupan di oring – oring tersebut mereka pada malam hari biasanya bersama sama, mengingat pada jaman dahulu masih ada perang.


Pada jaman dahulu,orang yang menjadi pemimpin/ Kepala  Kampung disebut dengan Temukun.


Seiring perkembangan zaman, kepala Kampung meminta agar semua masyarakat yang hidup di oring- oring  bisa hidup berkumpul membentuk sebuah Kampung yang di beri nama Desa Gaya Baru Puor.


Dengan hidup bersama dalam satu kampung ini maka di buatlah Kelompok Pembangunan yang bertugas membangun rumah- rumah penduduk.


Seiring dengan adanya kelompok Pembangunan ini maka di bangunnya Taman Kanal – Kakak Santa Theresia Puor.


Salah satu Kepala Sekolah yang sangat giat mengembangkan TKK Santa Theresia Puor adalah Ibu Dominika Bataona. Setelah adanya TKK,maka dibangunlah Sekolah Dasar Katolik Puor.


Setelah adanya TKK dan SDK, pemerintah Desa Puor terus berupaya menghadirkan Sekolah Menengah Pertama yang bernama SMP Vilial Lamaholot.


Dalam perkembangannya,SMP Vilial Lamaholot berubah nama menjadi SMP Labalekan,SMP PGRI Labalekan dan terakhir berubah nama menjadi SMPN 1 Wulandoni.


Suku- suku yang mendiami desa Puor antara lain : Suku Lamak, Suku Wuwur (dua suku ini dalam perkembangannya adalah kakak dan adik),  Suku Botoor,Suku Sakeng,Suku Wadan (Kedua suku ini dalam perkembangannya juga adalah kakak dan adik), suku Kibum,Suku Kalang,Suku Burin,Suku Leban ,Suku Liman,Suku Kilok, Suku Bakior.


Dalam perkembangannya, ada sebagian masyarakat Puor yang hidup dan menetap di Lamalere (yang sekarang berpindah ke Watuwara dan sebagian lagi hidup dan menetap di Bamut, kedua daerah ini sekarang masuk di Desa Imulolong.


Proses mendapatkan tanah di Puor, dahulu kala semenjak nenek moyang mereka datang dan menempati desa Puor adalah dengan jalan yang pertama adalah Makatej (Makatej dalam bahasa Puor adalah membuka Hutan belantara) yang kedua adalah Mokarej (dalam bahasa Puor adalah membuka Padang) dan yang ketiga adalah tanah Pengibahan (dalam bahasa Puor tanah yang di berikan secara Cuma-Cuma oleh Saudara kepada Saudarinya)


Dari gambaran umum tentang terbentuknya Desa Puor dapat disimpulkan bahwa ada beberapa suku yang pertama mendiami desa Puor antara lain Suku Lamak, Suku Wuwur, Suku Kalang,Suku Botoor,Suku Sakeng dan Suku Kobun. Beberapa suku yang sekarang ada di Puor, mereka baru masuk dan bergabung.


Penulis: Thomas Krispianus Swalar