Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

"Kapalang Pulung" Tradisi Lokal Orang Kedang Menyambut Ramadhan

Selasa, 25 Februari 2025 | Februari 25, 2025 WIB Last Updated 2025-02-26T15:03:19Z

tradisi_kedang_lembata

MATALINENEWS
- Menyambut kehadiran bulan suci ramadhan setiap tahunnya, selalu di warnai dengan ritual penjemputan yang penuh hikmah.

Kaum muslimin dan muslimat begitu antusiasme, menerima kehadiran bulan magfirah ini. Terlepas dari itu, masyarakat muslim Kedang di Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur, yang mendiami wilayah pesisir maupun pedalaman, nyaris tak terlupa tradisi basa doa kapalang pulung atau baca doa awal sebelum pelaksanaan ibadah puasa tersebut. 


Hal ini bukan baru terjadi  saat ini. Namun tradisi ini sudah secara turun temurun dilakukan hingga hari ini. Sehingga sangat tidak sempurna puasa seseorang, bila tidak di dahulukan dengan basa doa kapalang pulung. 


Baca doa tersebut di lakukan setiap rumah warga oleh badan syara / Jou Lebe ( Sebutan Pemuka Agama) di Kedang. Kadang awal tarawih akan bergeser waktu pelaksanaannya (molor) hingga hampir tengah malam, karena Jou Lebe atau badan syara masih tersebut masih bergerilya dari rumah kerumah, untuk melaksanakan tugas tersebut. Kadang di gabungkan dalam satu rumpun keluarga,  untuk pelaksanaannya. 


Sebelum di mulai acara tersebut, tentunya persiapan harus matang. Mulai dari pembersihan kuburan keluarga, kemudian Jou Lebe mendatangi kuburan ( jarah kubur), mengalirkan air pada batu nisan, dan dari arah kepala hingga kaki secara berulang, selanjutnya jou lebe berdoa diatas kuburan dan beberapa keluarga dekat, dari ahli mayit tersebut. 


Upaya pelaksanaan ini, menjadi hal positif bagi keluarga yang melaksanakan, agar senantiasa mengetahui keluarga yang telah meninggal dunia, tempat dikuburkan keluarga, serta tata letak dan nama mayit pada kuburan tersebut. Yang paling penting adalah kita yang hidup tau diri, bahwa suatu ketika akan mengalami hal yang sama berupa kematian. 


Setelah ( jarah kubur) tentunya jou lebe tersebut kembali ke rumahnya, sembari menunggu ( olon wei tai) matang makanan yang di masak, untuk basa doa kapalang pulung. 


Bila telah matang makanan yang di masak, keluarga yang melakukan doa, mendatangi rumah jou lebe untuk menyampaikan perihal tersebut. Persiapan berupa aneka kue, air kopi serta teh, makanan dan berbagai lauk dan sayuran berjejer di lantai. Kemudian jou lebe membaca doa, dengan satu buah tempayan besi didepannya berisi satu gelas air putih, bara api, siri pinang dan tembakau koli, kameyan/ gaharu yang telah dihaluskan, sembari membaca doa, jou lebe tersebut mencomot kameyan/gaharu tersebut kemudian meletakan pada bara api sehingga terjadi kepulan asap yang membumbung pergi hingga keluar rumah. 


Hal ini dilakukan secara rutin setiap tahun menyambut bulan suci ramadhan. Usai kegiatan tersebut baru bisa menjalankan puasa sebulan penuh tanpa sangsi.


Kapalang Pulung memiliki dua kata yakni, Kapalang dari kata, dasar Kapala yang bermakna bagian atas tubuh, atau bisa diartikan sesuatu yang mulia, sedangkan Pulang berarti yang paling awal atau pertama. Dalam kalimat Kapalang Pulung tersebut dapat dimaknai sebagai  bulan mulia, dan penting dan utama bagi ummat islam untuk menyambutnya. 


Penulis: Sudarjo Abd. Hamid, S. PdI, M. Pd. (Alumni Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang)